Inspirasi Hidup

Kisah Nyata

Ada satu cerita tentang satu keluarga yang awalnya kehidupannya cerah penuh dengan kebahagiaan dimana keluarga itu terdiri dari dua orang tua yaitu bapak dan ibu dan mempunyai 8 anak, dan menjadikan keluarga itu keluarga besar.

Sebut aja keluarga besar itu keluarga Bapak Nono dimana istrinya bernama Ibu Nuraeni dan anak pertamanya bernama Andrean dan anak keduanya bernama Linda anak ketiga bernama Sofian anak ke empat bernama Feri anak ke lima bernama Agus anak ke enam bernama Amelia Putri anak ke tujuh bernama Adit dan anak ke delapan menjadikan anak terakhir dari Bapak Nono dan Ibu Nuraeni yang diberinama Regina.
Sewaktu keluarga besar Bapak Nono dan Ibu Nuraeni memiliki anak pertamanya yaitu Andrean mereka suka memanjakannya sampe dia beranjak dewasa pun suka memanjakanya sampai–sampai adek–adeknya Andrean pun merasakan iri karena kenap selalu Andrean yang selalu lebih di manja apa–apa yang menjadi permintaan Andrean selalu di turuti. Itu semasa keluarga besar Bapak Nono sedang di atas atau lagi jaya namu suatu ketika keluarga besar Bapak Nono jatuh di penuhi masalah dibelitkan banyak hutang dan Bapak Nono pun bersusah payah untuk bisa mempertahankan keluarga besarnya agar tetap semangat, dan pada akhirnya anak–anaknya pun keluhkan sikap tanggung jawab orang tua untuk anak–anaknya yang merasa orang tuanya tidak bertanggung jawab akan apa yang sudah menjadi kewajibannya orang tua pada anaknya. Terutama dari adek–adeknya Andrean yang begitu kecewa pada orang tua, karena begitu giliran mereka meminta untuk dimanja atau ingin di turuti apa yang menjadi permintaan mereka, karena sewaktu mereka jaya terlebih memanjakan anak pertamanya yaitu Andrean.
Namun kini Andrean anak pertamanya sudah beranjak dewasa yang sudah mempunyai pemikiran yang luas yang sudah mengerti akan masalah orang tuanya dan Andrean pun menyesalkan pada dirinya sendiri, karena sewaktu orang tuanya sedang berjaya dalam usahanya dan apa yang Andrean minta pun di turuti bahkan orang tuanya pun masih mampu menyekolahkan Andrean sampe Deplomat namum Andrean sia–siakan itu semua seakan–akan belum ada dampak hasilnya untuk bisa membantu orang tuanya padahal tujuan orang tuanya, kenapa orang tuanya selalu memanjakan Andrean anak pertamanya melainkan orang tuanya pun punya tujuan tersendiri yaitu ingin menjujurkan dulu dia segabai anak pertama yang nantinya bakal menjadi tulang punggung keluarga dimana kalau orang tuanya sudah merasa tidak mampu atau sudah waktunya istirahat, giliran anaknya yang meneruskan perjuangannya terutama anaknya yang petama untuk bisa mengayomi adek–adeknya dan memberi pada adek–adeknya apa yang menjadi kebutuhan adeknya.
Namun apa daya Andrean baru menyadarinya itu ketika orang tuanya sudah jatuh bangkrut dan Andrean pun menangis meratapi masa depan adek–adeknya dan apa yang menjadi permintaannya tidak bisa lagi di turuti sama orang tuanya tidak semasa waktu Andrean suka di manja, dan pada akhirnya itu telah menyadarkan Andrean dan mau bermotivasi untuk tetap semagnat kerja agar bisa meneruskan perjuangan orang tuanya untuk menghidupi adek–adeknya dengan layak, terlebih ketika Andrean mengetahui suatu kejadian dimana sewaktu Andrean pulang kerja dari luar kota dan Andrean pun melepas kangen sama keluarganya, dan adek–adeknya riang karena sang kakak pulang habis kerja jauh dari luar kota yang membuatnya lama tidak bertemu dan pada akhirnya adek–adeknya yang dari no urut ke lima sampe ke tujuh pun mengeluarkan kata–kata “adek minta uang kak” karena adek–adeknya berpikir kakaknya pulang kerja pasti bawa uang banyak, dan Andrean pun menjawab “kaka belum bawa uang dek kakak belum gajihan” bersyukur adek–adeknya pun mau mengerti meskipun dalam hati Andrean sedih belum bisa memberikan apa yang adeknya minta, dan adek–adeknya yang dari no lima sampe no tujuh pun beranjak pergi bermain, yang pikir Andrean adek–adeknya tuh pergi bermain padahal yang sebenarnya di pergi keluar ternyata untuk mencari barang rongsok yang mereka kumpulkan untuk di jual dimana nanti hasilnya untuk keperluan dia sendiri dimana kalau lagi butuh buat jajan karena orang tuanya tidak selalu ngasih uang jajan ketika adek–adeknya minta pada orang tuanya tidak dikasih, dan disitu Andrean pun menangis melihat adek–adeknya sampai menjadi pemulung rongsokan tidak semasa waktu Andrean kecil yang hidupnya masih bisa di senangi sama orang tuanya, kini Andrean pun terus bermotivasi untuk tetap semangat kerja agar bisa menyenangkan adek–adeknya.
Tidak lupa juga Andrean yang selalu rajin melaksanakan sholat lima waktu dan berdo’a kepada yang maha kuasa yang menciptakan takdir manusia, agar bisa dberikan kemudahan untuk menemukan jalan terbaiknya dan terwujudkan niatannya untuk bisa menyenangkan keluarganya.
Kini Andrean pun bisa mendapatkan berkah dari motivasinya untuk bisa berbagi kebahagian bersama keluarganya, Andrean pun merasa senang melihat adek–adeknya tersenyum, dan Andrean pun berharap senyuman adek–adeknya tidak terhapuskan semasa hidupnya.
Sekian alur cerita tentang motivasi soerang anak yang menjadi tulang punggung keluarga, semoga bermanfaat bagi pembaca dan menjadi suatu pelajaran buat saya sebagai penulis maupun untuk pembaca.

Post a Comment

Post a Comment (0)

Previous Post Next Post